Minggu, 29 Maret 2009

TRAGEDI SITU GINTING MENGHANYUTKAN PULUHAN RUMAH SERTA NYAWA MANUSIA

Setelah tanggul jebol

Situ Gintung sebelum musibah

YOGYAKARTA-LENSA, Bencana alam kembali terjadi di Indonesia serta menelan korban jiwa. Tanggul Situ Gintung pada jumat (27/03) tepatnya pukul 04.15 wib jebol. Selain merenggut nyawa manusia, musibah juga merusak pemukiman, kendaraan warga, jalan, jembatan, serta fasilitas umum lain di sebagian besar daerah Kampung Poncol, Cirendeu, serta Ciputat. Hingga sabtu (28/03) dilaporkan 80 orang meninggal, 179 orang luka-luka, dan lebih dari 100 orang masih hilang.
Korban meninggal, luka-luka dan selamat dibawa ke RS. Fatmawati, Universitas Muhamadiyah Jakarta, dan STIE Ahmad Dahlan. Warga meninggal yang sudah teridentifikasi identitasnya telah dimakamkan hari ini oleh keluarganya. Karna jumlahnya yang amat banyak, warga menguburnya secara massal. Selain itu, terdapat juga warga yang berada di tenda-tenda pengungsian.
Tim SAR gabungan, TNI, POLRI, serta relawan masih melakukan pencarian di sepanjang sungai yang disinyalir membawa para korban musibah Situ Gintung serta di bawah puing-puing bangunan yang tertimbun oleh lumpur. Beberapa posko terus memantau perkembangan yang terjadi di lokasi musibah.
Korban yang selamat menjelaskan bahwa musibah terjadi bagai tsunami dengan skala kecil. Bencana terjadi begitu cepat serta menyeramkan. Air begitu deras dengan sekejap menerjang dan menghanyutkan puluhan rumah di sekitar danau termasuk perumahan elite bernama Cirendeu Permai. Rumah milik Kak Seto selaku Ketua Komnas Perlindungan Anak pun ikut terendam serta porak poranda. Mobil milik Kak Seto yang tadinya ada di garasi bahkan terseret kira-kira tiga meter.
Tragedi tersebut sungguh menyesakkan dada. Satu hari setelah musibah, sebagian besar warga yang selamat masih dalam kondisi psikologis yang mengkhawatirkan. Mereka mengalami syok karena kehilangan sanak saudara serta harta benda. Mereka ketakutan, terus-terusan menangis, berteriak histeris, bahkan terdapat warga yang belum bisa diajak berbicara.
Bantuan mulai berdatangan seperti dari dinas sosial, PMI, berbagai instansi, kalangan selebritis bahkan dari partai politik ikut membantu. Seperti yang terlihat sore (28/03), mobil dari Partai Keadilan Sosial terus melakukan mobilisasi bantuan. Tiga mobil ambulance juga terus stand by di lokasi sore itu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seusai melakukan kampanye partai Demokrat langsung bertolak ke Situ Ginting menyusul Wakil Presiden Jusuf Kalla. SBY mengungkapkan bahwa rumah-rumah warga yang hancur akan direhabilitasi oleh pemerintah.
Situ Gintung yang terdapat di Ciputat, Tangerang, Banten juga merupakan salah satu tempat eksotis sehingga menjadi kawasan wisata dengan danau alami serta sering digunakan latihan penyelamatan. Pada hari-hari libur, lokasi ini banyak dikunjungi masyarakat. Selain terdapat dana, kawasan wisata Situ Ginting juga menyediakan taman rekreasi dengan fasilitas kolam renang, gazebo, tempat memancing, jogging track serta area outbond.
Sebenarnya warga Situ Gintung sudah beberapa kali melaporkan kepada pemerintah bupati Banten untuk segera memperbaiki tanggul sejak 2 tahun yang lau. Namun hal tersebut tidak segera direspon mungkin dikarenakan menunggu anggaran. Pejabat tak cepat tanggap hingga akhirnya tragedi Situ Gintung pun harus menelan puluhan jiwa. Ada hikmah di balik tragedi, semoga musibah akibat kelalaian manusia tak kembali terjadi di tanah air. (ER)

Rabu, 25 Februari 2009

Mega Produk dan Mega Diskon di Mega Bazaar Computer 2009

YOGYAKARTA-LENSA, PT. Dyandra Promosindo menggelar pameran komputer bertajuk Mega Bazaar Computer 2009, Mega Produk Mega Diskon. Masyarakat Yogyakarta dapat berkunjung ke lokasi pameran di Jogja Expo Center mulai 25 Februari hingga 1 Maret 2009. Selain di Yogyakarta, pameran ini juga serentak diadakan di lima kota lainnya, antara lain Bandung, Surabaya, Semarang, dan Makasar. Penyelenggaraan pameran komputer ini merupakan agenda rutin tiap tahun dari PT. Dyandra Promosindo sejak tahun 1995.
Pengunjung dapat melihat berbagai barang teknologi yang ditawarkan dengan membayar tiket masuk seharga Rp. 3.000,00 per orang. Harga tersebut termasuk murah mengingat pengunjung bisa mendapatkan banyak informasi mengenai teknologi khususnya computer.
Terdapat 200 pengusaha teknologi yang rutin terlibat dalam pameran ini tiap tahunnya. Pengusaha-pengusaha tersebut terdiri dari : penjual komputer, aksesoris komputer, dan barang-barang teknologi lainnya. Pameran ini tentu sangat menguntungkan bagi masyarakat yang tertarik untuk membeli komputer saat ini. “Karna merupakan pasar murah sehingga harga dari produk-produk yang dipamerkan ke konsumen lebih murah, relatif terjangkau, dan konsumen berhak mendapatkan voucher ketika berbelanja”, ungkap Branch Manager PT. Dyandra Promosindo Deddy Mirwansyah.
Selain disuguhi pameran komputer, masyarakat dapat mengikuti workshop, seminar, dan kontes mendesain dan menghias laptop. Kontes diselenggarakan pada sabtu (28/02) di panggung utama Grand Bima, Jogja Expo Center. PT. Dyandra Promosindo bekerja sama KMTE Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada mempersembahkan hadiah utama modem senilai Rp. 1.200.000,00. Pendaftaran peserta dilanyani di lobi lantai 1, jurusan Teknik Elektro UGM hingga 27 Februari 2009.
Tujuan dari penyelenggaraan pameran ini adalah guna meningkatkan sisi ekonomi yakni meningkatkan nilai transaksi penjualan dari pengusaha-pengusaha komputer yang ada di Yogya. Selain itu, pasar komputer sudah menjadi kebutuhan primer bagi semua orang pada era sekang. Melalui pameran komputer, pengunjung bisa mendapatkan informasi secara efisien mengenai keberadaan dan perkembangan komputer dari banyak pengusaha komputer yang berpartisipasi. (ER)

Selasa, 24 Februari 2009

Di Tangan Sapardi, Bahasa Indonesia Mencapai Puncaknya

Aku ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


YOGYAYAKARTA-LENSA, Bait puisi di atas mungkin tidak asing lagi bagi sebagian diantara kita. Mungkin kita pernah mendengarnya dalam kemasan puisi cinta atau sebagai sebuah lagu. Puisi ini adalah karya sastrawan terbesar Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Pertama kali melihatnya, kesan sederhanalah yang melekat di hati saya. Cara berpakaiannya, cara bertuturnya, dan karya-karyanya. Semuanya nyata sederhana. Meski terdaulat sebagi guru besar Sastra di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Sapardi tetaplah sederhana. Ketika ditanya perihal puisinya yang sangat mendunia, ia hanya mengatakan “Puisi saya itu terkenal karena dilagukan. Kalau tidak dilagukan, mungkin tak banyak orang mengenalnya.”

Bertempat di Momento Café, Yogyakarta (21/2), sosok rendah hati ini menceritakan jika ia telah mencintai puisi sejak duduk di bangku SMU. Tidak tanggung-tanggung, puisi pertamanya dimuat oleh H.B Jassin, seorang kritikus satra terbesar kala itu. Dengan kata lain, puisi yang ditulis kala belia itu tak diragukan kualitasnya. Sapardi tak pernah menganngap dirinya sebagi penulis remaja. Karena itulah, ia tidak pernah mengirimkan karyanya ke majalah-majalah remaja. “Jika kita mengategorikan diri kita sebagai penulis remaja, maka selamanya kita akan tetap menulis dengan gaya remaja”

Tak jarang ia meniru gaya menulis dan bertutur dari penulis lain, salah satunya ialah gaya T.S. Elliot. Menurutnya, seniman haruslah bereksperimen. “Siapapun penulis yang mengikuti dirinya sendiri, maka ia akan mati”. Dengan gaya bercanda yang sederhana, beliau menuturkan bahwa kita harus menjadi pencuri juka ingin berkarya, asalkan pencuri yang baik. Mencuri tidak selalu identik dengan hal yang negatif. Orang Jawa juga pernah mencuri karya seni India, yakni seni perwayangan, seperti cerita Rama dan Sinta. Tentunya, proses mencuri ini diubah sedemikian rupa sesuai dengan ciri khas Jawa. Jepang dan Korea yang terkenal dengan teknologi mutakhirnya pun tak jarang mencuri ide teknologi dari negara lain, lalu ia kembangkan dengan caranya sendiri.

Indonesia pun mengakui kebesaran karyanya. Pada tahun 2003, lifetime achievement dari Ahmad Bakrie Award menjadi miliknya. Penghargaan ini mengatakan bahwa “di tangan Sapardi, Bahasa Indonesia mencapai puncaknya”. Tidak berlebihan, karyanya nan sederhana namun powerful , kederhanannya dalam bertutur, dan andilnya dalam menjaga bahasa Indonesia di setiap karyanya, menjadikan Sapardi pantas untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Ketika ditanya perihal sajaknya yang paling baik ia menjawab “Sajak terbaik saya adalah sajak yang akan saya tulis”. Artinya, di usinya yang hampir menginjak 70 tahun, dia tidak pernah puas dengan hasil karyanya dan selalu ingin menulis. (IK)


Kamis, 19 Februari 2009

Keraton SOLO: Nilai Mistis Yang Tak Pernah Habis


SURAKARTA-LENSA, Solo atau yang dikenal dengan Surakarta merupakan salah satu kota budaya yang termasyhur di Indonesia. Membicarakan Solo pasti tidak akan pernah lepas dari keraton Solo, pusat pemerintahan terbesar di Jawa kala itu. Keraton yang terletak di pusat kota Solo ini berusia 264 tahun. Tuanya usia keraton ditunjukkan dengan adanya patung-patung dengan gaya arsitektur Belanda yang masih kokoh berdiri mengelilingi keraton hingga sekarang. Pada dasarnya, keraton di Jawa memiliki keterikatan yang kuat dengan dua hal: kekuasaan absolut dan unsur mistis. Jika anda mengunjungi keraton Solo, sudah bisa dipastikan, tidak ada sejengkal pun dari sisi keraton yang tak mengandung nilai mistis.
Begitu masuk keraton, kita dihadapkan pada sebuah tempat tinggal raja dengan halaman pasir yang penuh dengan pohon sawo kecik yang berusia tak kurang dari 200 tahun. Pasir yang terhampar di sepanjang halaman keraton diyakini akan menyembuhkan segala macam jenis penyakit jika kita berjalan di atasnya. Pasir ini pun berusia sama dengan pohon sawo yang menghadirkan suasana sejuk di keraton. Buah sawo kecik dianggap sebagai buah yang keramat. Sesuai dengan namanya, kecik yang berasal dari kata becik yang berarti kebaikan, akan menularkan segala sifat baik jika kita memakannya. Sawo ini tidak boleh dipetik, hanya boleh dimakan ketika buahnya jatuh ke tanah. Pernyataan ini diperoleh Lensa (12/2) dari Setiadi, guide keraton yang juga seorang abdi dalem.
Di depan keraton, terdapat menara berwarna putih yang menjulang tinggi. Menara ini menyandang tiga fungsi, diantaranya ialah: sebagai tempat meditasi. Selain itu, menara ini juga digunakan sebagai tempat untuk berinteraksi dengan kanjeng ratu Roro Kidul, sang penguasa Laut Selatan yang hingga kini masih diyakini keberadaannya. Fungsi yang terakhir ialah untuk melihat rukyah, yaitu kegiatan melihat bulan untuk menentukan datang dan berakhirnya bulan puasa bagi umat Islam.
Sisi lain yang tidak kalah mistis ialah museum keraton yang menyimpan banyak benda purbakala. Seperti museum pada umumnya, benda-benda yang ada di dalamnya adalah seputar benda purbakala yang dulu dipakai oleh keluarga keraton, seperti: kereta kuda, keris, gong, lukisan, peti jenazah, dan lain sebagainya. Bedanya, museum ini sarat dengan nilai mistis, yang bisa mendatangkan kebaikan maupun keburukan dalam diri manusia.
Energi positif yang dimiliki dari benda sakral dalam museum misalnya ialah foto kanjeng Ratu Solo. Abdi dalem menyarankan kita untuk berfoto di depan lukisan ini karena diyakini akan memberikan kelancaran dan kemudahan dalam menjalani kehidupan kita. Selain lukisan tersebut,terdapat payung pusaka yang jika kita mengambil gambarnya dari atas hingga bawah, kita akan mendapatkan kebaikan.
Sedangakan untuk energi negatif, Setiadi melarang kita untuk mengambil gambarnya. Diantara benda-benda keramat berenergi negatif itu adalah: gong penabuh perang yang tidak boleh disentuh dan diambil gambar sedikitpun. Karena seringnya peperangan yang terjadi pada waktu itu, gong ini memiliki permukaan yang rata. Sehingga, sisi tengah gong ini tidak menonjol sebagaimana mestinya. Sampai sekarang, gong ini sering mengeluarkan air dalam bentuk bulir-bulir lurus, layaknya manusia yang menangis. Selain itu, ada juga patung kepala manusia yang tidak boleh diambil fotonya dan didekati oleh wanita yang sedang datang bulan. Konon, patung ini selalu diletakkan di ujung kapal layar raja jika bepergian.
Di belakang area keraton seluas 42 hektar ini juga tidak lepas dari nilai mistis. Begitu tiba di belakang keraton, kita menjumpai padang rumput yang luas. Di dalamnya terdapat beberapa kerbau bule, jenis kerbau berkulit putih yang hanya diarak ke luar keraton setiap tanggal 1 Muharram, dalam perayaan tahun baru Islam. Kerbau ini diarak keliling kota karena diyakini dapat memberikan kebaikan dan rezeki. Konon, kotorannya pun menjadi rebutan warga.
Berkeliling keraton membuat kita memahami dua hal yang bertentangan, namun tak bisa dilepaskan: mistis dan realistis. Setiap jengkal keraton yang memiliki nilai mistis ini sulit dipercaya namun juga tidak bisa diabaikan begitu saja. (IK)

Polemik Jembatan Monjali-Kaliurang

YOGYAKARTA-LENSA, Sudah hampir dua bulan jembatan yang menghubungkan antara Jalan Kaliurang dan Jalan Monjali yang berada sebelah barat Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada beroperasi. Akses mudah sudah dapat dirasakan oleh pengguna jalan yang bertempat tinggal di daerah Monjali untuk berkantor, bersekolah, ataupun kuliah di seputar Jalan Kaliurang. Mereka tidak perlu lagi memutar jalan melewati ringroad utara ataupun masuk daerah Pogung.
Pada pukul tujuh pagi, kendaraan dari arah barat memadati Jalan Grafika, bahkan tingkat kepadatannya tak jauh berbeda dengan suasana Jalan Kaliurang. Begitu pula sebaliknya, pada pukul lima sore yang bertepatan dengan waktu pulang kantor, walaupun tidak sepadat pagi hari. lebar jalan yang tidak memadai membuat aktivitas pagi menjadi sangat kacau. Ditambah lagi dengan tidak adanya lampu lalu lintas dan petugas kepolisian yang mengatur arus lalu lintas. Dua fasilitas ini dianggap sangat penting, mengingat kondisi lalu lintas sangat rawan kecelakaan.
Di sisi lain, kepadatan lalu lintas ini menjadi sumber rezeki bagi sektor usaha di jalan tersebut, akan tetapi tidak bagi penjual yang berada di daerah Pogung, di pinggir selokan mataram. “Dahulu, sampai pukul sepuluh malam masih ramai orang yang membeli makan di angkringan saya, tapi sekarang menjadi berkurang karena orang lebih memilih jalur yang lebih cepat. Selain itu, untuk masuk ke daerah Pogung kini menjadi lebih rumit dengan ditutupnya jalur belok karena sudah aktifnya bunderan jalan yang berjarak kurang lebih 100 meter dari jalan lama. Sehingga orang lebih memilih lurus saja untuk menuju Jalan Monjali daripada repot berputar”, ujar Priyanto, seorang penjual angkringan di desa Pogung Rejo. (ADT)

Selasa, 17 Februari 2009

Gebrakan Baru dalam Dunia Menulis ala Fahd Djibran


YOGYAKARTA - LENSA, Menulis merupakan sesuatu yang bisa dikerjakan semua orang. Tentu anda yang kini sedang membaca tulisan ini bisa menulis, benarkah begitu? Namun, sangat sedikit dari mereka yang berani membagikan tulisan-tulisan mereka ke khalayak ramai.
Fahd Djibran adalah seorang penulis muda asal Paris Van Java yang berani menghadirkan tulisan-tulisannya di ruang publik. Sejak kecil, Fahd suka menulis pada tembok sekolah dan rumah. Tentu saja, dia sering dimarahi karena dianggap mengotori. Alasannya menulis di tembok bukan di buku ataupun kertas karena menurutnya tulisan di tembok akan lebih sering dibaca oleh orang lain karena terlihat daripada di buku.
Satu hal yang sangat memotivasinya sehingga karya-karyanya yang kini sudah berjumlah 12 telah hadir di ruang publik adalah kakeknya yang tidak sempat meninggalkan tulisan sehingga dirinya lebih mengenal Pramodyea Ananta Toer dan penulis-penulis lain dari buku-buku yang ia baca ketimbang kakeknya sendiri. Walaupun penulis-penulis tersebut sudah meninggal, namun karya mereka masih eksis dalam kenangan semua orang.
Rasa takut benar-benar dialami Fahd ketika memulai menulis karya pertamanya berjudul Kucing saat masih duduk di bangku SMA kelas 2. Awalnya, buku pertamanya tersebut hanya difotokopi dan dibagikan ke sejumlah teman. “Namun, akhirnya buku itu diterbitkan sebanyak 500 ekslemplar secara indie di Bandung oleh Irfan Armalee dan teman-teman di MagnumOpusProject”, tutur Fahd. Kucing adalah sebuah karyanya yang tentu saja liar karena tidak terikat oleh aturan penerbitan karena hanya diterbitkan di Bandung, jadi menulis sesuka Fahd saja.
Debut pertamanya dalam menulis ternyata menarik banyak penerbit untuk menulis sehingga muncul beberapa buku milik Fahd, diantaranya Revolusi Sekolah (DAR!Mizan), Being Superstar (DAR!Mizan, 2005), Writing is Amazing (Juxtapose, 2007), dan Insomnia, Amnesia (Univ. Indonesia Press). Selain itu, sulung dari empat bersaudara ini juga menulis di sejumlah surat kabar dan majalah lokal maupun nasional. Bahkan, Fahd terpilih menjadi salah satu dari 20 Best Young Writer dalam UNICEF Young Writer Award pada tahun 2004 serta masih terdapat penghargaan lain yang berhasil didapatnya.
Buku terbarunya berjudul A Cat In My Eyes yang diterbitkan oleh GagasMedia dan kini masih hangat di pasaran berisikan kumpulan sketsa, prosa, dan cerita. Sebuah karya fiksi yang memiliki kemasan serta gaya bercerita yang berbeda dari buku-buku fiksi di pasaran. Fahd yang kini juga merupakan pemimpin redaksi di penerbit Juxtapose Korporasidea dan penerbit Eduka menyebutnya model penulisan sketsa. Baginya tulisan tidak harus berbentuk utuh, seperti lukisan. Tulisan juga bisa berbentuk sketsa. Ketika membaca tulisan-tulisannya di A Cat In My Eyes, pembaca kemudian bisa berimajinasi sendiri. Secara tidak langsung, hal ini melahirkan medan tafsir yang lebih liar dan luas karena tiap orang memiliki bayangan yang berbeda satu sama lain.
Buku berikutnya dari Fahd Djibran sedang dalam proses penggarapan dan secepatnya akan diterbitkan. Penerbiit GagasMedia juga mengingnkan ada kelanjutan dari A Cat.... ini. "Dan, tentunya lebih keren", ungkap penulis yang lebih banyak menyimpan novel-novel anak. Terakhir, Fahd Djibran mengajak para penulis muda dan creator untuk lebih berani membuat gebrakan baru dalam dunia menulis, tidak terbatas cuma disitu-situ aja. Walaupun masyarakat kita cenderung paranoid dulu apabila muncul gebrakan baru. (ER)

Aksi Donor Darah di Valentine Day Setetes Darah Saja Sangatlah Bermanfaat Bagi Kehidupan


YOGYAKARTA - LENSA, Kaum ABG (Anak Baru Gede) di Indonesia masih banyak yang mengenal tanggal 14 Februari sebagai perayaan valentine day. Mereka biasa merayakan hari yang dikenal dengan hari kasih sayang dengan saling bertukar coklat, kartu ucapan, bunga, dan lain-lain untuk mengungkapkan rasa sayang. Perayaan valentine day masih mudah dijumpai di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta hingga kini.
Bertepatan dengan valentine day, LENSA menemukan sebuah peristiwa lain yang tak hanya tradisi tukar menukar coklat. Sebenarnya acara tersebut diselenggarakan bukan untuk memperingati valentine day, hanya bertepatan saja karena dilaksanakan 14 Februari 2009. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta (SMK N 2) menyelenggarakan Aksi Donor Darah dan Seminar Kesehatan Reproduksi. Kegiatan ini sudah menjadi agenda rutin tiap tahun dari Seksi Bidang Kepribadian Berbudi Pekerti Luhur (KBPL) di SMK N 2 Depok.
Dewangga Adila Nugraha sebagai ketua umum kegiatan menyatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah membantu kerja Palang Merah Indonesia (PMI) dalam menyediakan darah. Mengingat PMI sebagai penyedia darah pun sering kekurangan, bahkan kehabisan persediaan. “Setetes darah saja sangatlah bermanfaat bagi kehidupan”, kata Rangga. Selain itu, acara lainnya yakni Seminar Kesehatan Reproduksi dimaksudkan untuk menambah pengetahuan mengenai kiat untuk menjaga kesehatan reproduksi serta menanamkan pola pikir yang sehat kepada setiap remaja untuk dapat menjaga diri dari bahaya pergaulan bebas.
Peserta dari kegiatan donor darah adalah umum dan sukarela, namun terdapat persyaratan yang wajib untuk diikuti, antara lain : usia di atas 17 tahun, berat badan untuk laki-laki minimal 50 kilogram dan perempuan minimal 48 kilogram, tinggi badan minimal 150, tidak sedang datang bulan bagi perempuan, dan sudah makan sebelumnya. Unit Transfusi Darah cabang Sleman juga melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap sukarelawan untuk memastikan kesehatannya sebelum dilakukannya transfusi. Sedangkan seminar bersifat wajib diikuti oleh siswa-siswi kelas 1 SMK N 2 Depok. Salah satu pembawa materi yakni dari polres Depok Sleman juga mengingatkan siswa-siswi untuk berhati-hati terhadap maraknya pergaulan bebas akhir-akhir ini.
Kegiatan ini cukup mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar. Azian, salah satu pendonor yang merupakan alumni dari SMK N 2 Depok mengungkapkan rasa ketakutannya sebelum transfusi darah dilakukan. “Ini merupakan yang pertama, tapi saya memberanikan diri karena efeknya baik untuk kesehatan serta sebagai wujud kepedulian terhadap sesama”, tutur Azian. Bahkan Azian menjadi ketagihan untuk ikut menyumbangkan darah lagi di lain kesempatan. (ER)

Matur Piuning Tarik Perhatian Masyarakat

YOGYAKARTA - LENSA, Upacara matur piuning yang merupakan rangkaian dari kegiatan Nyepi. Perayaan umat Hindu ini, diadakan di Tugu Yogyakarta dan Candi Prambanan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, (7/2) pukul 23.00-01.00 tepat disekeliling Tugu Yogyakarta dan diikuti dengan doa di dalam 3 Candi Utama di Prambanan. Upacara ini hanya diikuti oleh panitia Nyepi Yogyakarta dan beberapa muda-mudi umat Hindu. Prosesi dimulai dengan doa-doa di sekeliling Tugu.
Matur Piuning merupakan upacara mohon ijin atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan Kulo Nuwun untuk melangsungkan upacara Tawur Agung. Tawur Agung dalam Hindu dikenal dengan prosesi pembersihan alam sebelum Hari Raya Nyepi, yang tahun ini akan jatuh pada tanggal 26 Maret.
“Biasanya Tawur Agung diadakan di perempatan jalan besar, di Yogyakarta seharusnya di Perempatan Tugu. Namun karena keadaan yang tidak memungkinkan, tidak kondusif, maka Tawur Agung akan diadakan di Pelataran Candi Prambanan seperti tahun-tahun sebelumnya. Prosesi Matur Piuning ini sebelumnya juga telah berlangsung di pantai Parang Kusuma, Gunung Merapi. “ tutur Agung Suryahadi selaku Ketua Umum Panitia Nyepi 2009.
“Kenapa kami memilih pantai dan gunung? Dalam Hindu, pantai/laut merupakan simbol kekuatan negatif sedangkan gunung kekuatan positif. Dapat disebut Rwa Binedha, dua hal yang sangat berbeda, yang menyebabkan segala sesuatunya di bumi ini terjadi, seperti lahir-mati, gelap-terang, baik-buruk, pria-wanita” , demikian Agung menambahkan.
Saat pelaksanaan Matur Piuning berlangsung, terlihat 2 polisi yang menjaga lalu lintas di sekitar perempatan Tugu, tempat upacara agama diadakan. Sedangkan prosesi di Candi Prambanan berlangsung khidmat hingga pukul 01.00 dinihari diadakan di dalam Candi Brahma, Candi Wisnu, dan Candi Siwa, dengan diiringi doa-doa dan sesaji persembahan yang diletakkan di dekat patung Candi. (RTH)

Hujan Turunkan Pendapatan Pasar Malam Sekaten

YOGYAKARTA, LENSA- Hingga Rabu (4/2) yang merupakan ha­ri ke­­lima Pa­sar Malam Se­katen di Alun-alun Utara Yog­yakarta,hujan tak henti-hentinya meng­guyur pasar malam. Pasar malam yang diadakan untuk meme­ringati maulid Nabi Mu­hammad SAW ini ber­akibat pada menurunnya pen­­da­patan pedagang di­ban­dingkan ta­hun lalu.
Penurunan pendapatan yang cukup drastis ini dike­luhkan oleh banyak pe­dagang dan pemilik wa­hana bermain yang ada di pa­­sar malam Sekaten. Me­reka yang tahun-tahun sebelumnya mampu me­raup keuntung­an lebih da­ri 300 ribu rupiah dalam se­malam,, kini merosot se­kali.. Bahkan dalam se­malam, ada pedagang yang tidak mendapat­kan pembeli sa­ma sekali.
Keadaan ini dibenar­kan oleh pedagang pakai­an anak Zulkarnaen (25) di stand pe­n­ju­alannya. Dia me­­ngaku pendapatannya benar-be­nar berbeda dari tahun lalu. Hampir tidak ada turis asing yang da­tang. Jumlah pengun­jung lokal pun dalam semalam dapat dihitung dengan jari. Mereka juga hanya sekedar meli­hat-lihat.
Keadaan ini terutama diakibatkan oleh musim hujan yang hampir tiap malam mengguyur kota Yogyakarta. Pa­sar malam yang beralaskan tanah tanpa atap yang mena­ungi­nya, membuat tanah men­jadi becek, pe­nuh genang­an air, dan tidak ada tempat berteduh bagi pengunjung.
Hal ini dibenarkan oleh Michael (35) seorang petugas me­nara jaga di Sekaten. Dia mengatakan minimnya tem­­pat berte­duh dan kon­disi tanah yang becek men­jadi faktor penyebab me­nurunnya jumlah pe­ngunjung tahun ini. Seorang pengunjung, Vita (18), merasakan Pasar Malam Sekaten tahun ini memang kurang nyaman karena faktor cuaca yang tidak menentu. Dia berha­rap panitia dapat lebih meningkatkan kenyaman­an para pengunjung, salah satunya, dengan menyedi­a­kan tenda sebagai tempat berteduh apabila sewaktu-waktu terjadi hujan.
Para pedagang ber­ha­rap keadaan ini tidak akan berlangsung lama, karena diperkirakan intensitas cu­rah hujan maret nanti tidak sebanyak bulan ini. Menurut pengalaman me­re­ka, jumlah pengunjung biasanya akan mencapai puncak ketika menjelang penutupan Pasar Malam Sekaten akhir maret nanti. (MTH)

Putra Putri Boda Menangkan Turnamen Basket

YOGYAKARTA, LENSA-Tim basket putri SMU Bopkri II (Boda) Yog­ya­kar­ta ber­ha­sil menga­lah­kan tim dari SMU Stella Duce I, dengan skor 34-27. SMU ini juga se­kaligus menjadi ju­ara ke­lompok puri invi­tasi bola basket SLTA se-DIY Merah-Putih XII. Bopkri II pun meraih juara III dal­am Purna Pas­kib­raka In­do­ne­sia (PPI) ko­ta Yog­yakarta pa­da ta­hun 2009 di GOR Kridosono, Kota­baru.
Se­dang­kan tim basket putra SMU Bopkri II menun­dukkan tim basket putra SMU II Bantul di babak final dengan skor 46-27. Pertandingan an­ta­­ra tim putra SMU Bopkri II dengan putra SMU II Bantul berlang­sung seru. Mereka saling mengejar skor. Pertan­din­gan ini ju­ga diwarnai banyak foul atau pelang­garan dari ke­dua tim.
Dalam pe­rebu­tan juara III, tim pu­tri SMU Santa Maria berhasil menun­duk­­kan tim bas­ket putri SMU V dengan skor 35-16. Pe­ringkat lain dicapai SMU Pangudi Lu­hur yang mengungguli SMU X dengan skor 44-34.
Uniknya, da­lam pertan­dingan antar SMU se-Yogyakarta ini terdapat ke­sa­lahan info dari pani­tia. Putra SMU Mu­ham­madiyah III dinobatkan menang atas SMU I Yogya­karta. Sebenarnya, SMU I lah yang menga­lahkan SMU Muhamma­diyah III. Selain pertan­ding­an basket, pani­tia juga mengadakan lom­ba pe­mandu sorak yang di­me­nang­kan oleh SMU III. Per­tan­dingan ber­lang­sung meriah. Masing­-masing su­por­ter sa­ling men­yema­ngati timnya. (TI)

Wujudkan Tertib Berlalu Lintas Bersama Polisi Idola

YOGYAKARTA,LENSA- Seiring dengan berja­lannya waktu, jumlah ken­daraan ber­motor di Daerah Istimewa Yog­ya­­­­­kar­ta ­(DIY) ­me­­­ningkat pe­­sat hing­­ga jum­lahnya tak seban­ding lagi dengan per­kembangan lebar dan pan­­jang jalan yang ada.
Untuk menanggapi per­masalahan ter­sebut, Dit­lantas Polda DIY a­­­kan me­nyelenggara­kan se­­­bu­­ah acara khu­sus pada 21 Februari 2009 di ha­laman parkir Stadion Mandala Kri­da, Yogyakarta.
Acara ini merupakan inovasi program dalam mewujudkan disiplin ke­a­­­manan, keselamat­an, ketertiban, dan ke­­lanca­r­an lalu lintas.
Pelajar dan maha­siswa dapat ber­parti­sipasi dalam ber­bagai lomba kreatifitas tertib lalu lintas, antara lain: membuat parodi atau film kartun singkat, karya tulis, pos­ter, ka­rikatur, serta ko­­mik. Pendaftaran gratis di­bu­ka sampai 14 Febru­ari 2009 di Subdit Dikyasa Dit­lantas Pol­da DIY, Jl. Tentara Pelajar No.11.
Penyelenggara me­nyediakan total uang pembinaan sebesar Rp. 22.500.00,00 dan 10 SIM C gratis ba­gi pe­me­nang.
Kepala Seksi Pen­didi­kan Mas­­­ya­rakat Dit­­lan­tas Pol­da DIY Komi­­­saris Polisi Su­las­mi ­­di­­­­­­­­­temu­i di ru­angan­nya ­kamis ke­marin (5/2), me­­­nyata­­kan pri­hatin akan pe­­­rilaku ber­­­­ken­dara mas­yara­kat DIY. Di jalan, tak jarang ditemukan pe­ngendara yang asyik menelepon maupun si­buk memencet hand­phone. ”Safety riding perlu lebih disosialisa­sikan kepada masyara­kat,” kata Sulasmi.
Pada hari H akan diluncurkan pro­duk per­­dana provider XL yang memuat kon­ten informasi seputar lalu lintas DIY. Selain itu, penyelenggaraan juga memberikan cera­mah mengenai berlalu lintas serta simulasi safety riding.
Acara POLDA ini di­ha­rapkan mampu me­­­ning­kat­kan kemitra­an an­tara polisi dengan masyarakat untuk ber­sama-sama me­wu­jud­kan serta me­me­lihara tertib berlalu lintas. (ER)

Broadband Internet Tendang Warnet dan Hotspot

YOGYAKARTA, LENSA-Kehausan infor­ma­si ru­pa­nya sedang merajai seluruh lapisan masyara­kat Indonesia. Yogyakarta, sebagai kota hotspot ten­tu­nya tak kalah ketingga­lan. Browsing, chatting, maupun keper­lu­an lain­nya dapat tersele­saikan hanya dengan me­makai fasilitas internet. Pemakai internet pun be­ragam, mulai dari kala­ngan anak-anak, ma­ha­sis­wa, pelajar, mau­pun ka­lang­an pekerja kantor.
Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak dan menjamurnya se­jum­lah warung internet serta area hotspot. Di lingkung­an kampus, inter­net bu­kan barang langka. Selain itu, hotspot pun banyak di­jum­pai di mal maupun kafe di Yog­yakarta, seper­ti: Empire, sepan­jang Ja­lan Gejayan, Am­barukmo Plaza, Gale­ria Mal, Momento Café, dan, Dixie, yang menye­dia­kan hotspot gratis bagi pelanggannya.
Namun, penggunaan in­ter­ne­­t terasa lebih pra­ktis dengan paket broad­band internet. Layanan koneksi internet yang di­kenal dengan internet nir­kabel ini mulai banyak ditawar­kan di masyarakat umum. Maraknya penggunaan broadband internet ini, dipre­dik­sikan akan meng­gan­­ti­kan kepopuleran tarif pu­­l­sa telepon. Seperti yang di­tawarkan oleh beberapa operator internet: SMART, MOBI, dan IM2. Selain murah, konsumen akan mendapatkan fasilitas yang cu­kup memuaskan. Surfing di dunia maya pun dapat dilakukan sewaktu-waktu dan dimanapun ka­re­na paket broadband in­ter­net ini praktis.
"Saat ini terdapat seki­tar 27 juta pengguna inter­net di Indonesia dan 2,7 juta pelanggan broadband internet. Kami menarget­kan 500.000 kartu IM2 broadband prabayar akan terjual tahun ini," ujar Dede Rusnandar, Direktur Ope­ra­si IM2. (www. republik Broad­band. com).
Seperti yang dikemu­ka­kan oleh Galih, Maha­sis­wa Teknik UGM, yang memakai IM2 broom Indosat, “Internet broad­band praktis, memiliki masa tenggang enam bu­lan, unlimited access, dan biaya per bulan cuma Rp. 100.000,00”
Sisi praktis yang ditawarkan oleh layanan internet broadband inilah yang sekiranya menggiur­kan para konsumen. (RA)

Super Book Fair di Wanitatama Banjir Pengunjung

YOGYAKARTA, LENSA-Super Book Fair Ajang pameran buku yang diselenggarakan di Gedung Wanitatama hingga hari keenam ini masih dibanjiri pengunjung baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, bapak-bapak maupun ibu-ibu,Sejak hari pertama digelar, Sabtu(31/1). Hampir semua stand dipenuhi pengunjung baik sekedar membaca ataupun membeli buku. “Dari hari pertama hingga hari keenam ini pengunjung mencapai 3000-5000 orang dan diprediksikan hari terakhir event ini,jumat(6/2), pengunjung bisa mencapai 10.000 orang” kata salah seorang panitia.

Fasilitas maupun pelayanan Super Book Fair yang selalu menarik setiap harinya memberi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung,dari diskon buku yang mencapai 90%,bagi-bagi buku gratis yang tak pernah habis,acara lomba anak anak seperti menggambar dan mewarnai,serta acara pendukung yang menarik dan bermanfaat seperti bedah buku,pelatihan jarimatika, maupun pementasan musik. “Buku-buku di Super Book Fair itu lebih murah dan banyak pilihannya, dan banyak juga acara-acara seru disini seperti bedah buku dan lain-lain”, jelas Lia,salah seorang pengunjung.

Tampaknya tema besar Super Book Fair “Ngguya Ngguyu Mborong Buku” (red-tertawa-tawa memborong buku) tercapai dengan baik,melihat para pengunjung yang mengalir dan tampak bersemangat membolak-balik, memilih dan membeli buku hingga H-1 berakhirnya acara. Akan tetapi kebahagiaan ini, tidak hanya dirasakan oleh pengunjung, distributor pun seperti menemukan seperti ladang emas tinggal bagaimana mengatur strategi untuk meraup emas itu sebanyak banyaknya,menarik pembeli yang tanpa diundangpun sudah berdatangan.Menurut salah seorang distributor dari penerbit obor, wanita muda ini mengaku mendapatkan keuntungan 1-3 juta per hari

Fasilitas-fasilitas yang disediakan Giant Promosindo,Event Organizer,yang menyelenggarakan Super Book Fair ini berhasil menarik 68 penerbit 83 stand buku dan apabila digabung dengan stand aksesoris muslim stand ini mencapai jumlah 90-an.”Fasilitas memang setara dengan harga sewa yang kita berikan. Akan tetapi satu hal yang agak disesalkan ialah tidak adanya petugas penjaga kebersihan dalam acara ini,” keluh seorang penjaga stand.

Beringin Alun-Alun Yogyakarta Tak Ada Duanya

YOGYAKARTA, LENSA- Beringin merupakan lam­bang Keraton Yogya­kar­ta, yang bermakna pengayom dan penyejuk bagi yang berlindung di bawahnya. Konon, masya­ra­kat di Yogyakarta tidak berani menanam dengan sengaja pohon beringin di halaman maupun di seki­tar rumahnya. Hanya masya­rakat yang tinggal di lingkung­an Keraton saja yang berani menanamnya karena beringin dianggap suatu tanaman yang mis­tis. Mereka percaya jika setiap pohon beringin pas­ti ada penunggunya (makh­luk halus). Tak heran apabila beringin pa­da masa lalu selalu dida­tangi orang untuk “minta petunjuk”.
Saat ini beringin masih berdiri kokoh di kedua alun-alun keraton (utara dan selat­an). Jika an­da berkunjung ke Yog­ya­karta, anda harus me­ngunjungi objek wisata yang satu ini, yang berada di depan Sasana Hinggil Dwi Abad atau yang biasa disebut Alun-alun Kidul (Selatan). Pohon beringin yang ada di depan alun-alun tersebut men­jadi tem­pat wisata ma­lam yang menarik. Konon apabila kita dapat melewati dua beringin itu dengan mata tertutup, maka permin­taan dan cita-cita kita akan terkabul.
Orang-orang di sekitar menyebutnya Mas Angin (masuk antara dua arah mata angin). Mas Angin dilakukan dengan menu­tup mata meng­gunakan sa­pu tangan kemudian ber­­jalan lurus an­ta­ra be­ringin timur dan barat. Meskipun terlihat mudah, banyak pengunjung yang ber­belok arah begitu men­dekati pohon beringin itu.
Hampir setiap malam, banyak pengunjung yang mencoba membuktikan ce­rita tersebut. “Kalau se­karang, beringin itu hanya sebagai tempat wisata se­ma­ta. Setiap malam dipe­nuhi orang, apalagi jika malam Minggu”, ujar Ngadiyo, penjual we­dang ronde yang selalu mene­ma­ni pengunjung de­ngan rondenya yang hangat.
Dahulu, beringin digu­na­kan sebagai tempat tira­kat (berdoa dan mencoba nasib) bagi para pencari ilmu, kata Ngadiyo menje­laskan. Mas Angin atau ma­suk di antara dua po­hon beringin merupa­kan sesuatu yang isti­me­wa dan klasik di Yogya­karta. Ti­dak bisa dipungkiri, kesan klasik dan mistis itu menjadi lebih bermakna dan berharga bahkan tidak ada duanya. Gemerlap dunia kota di Jalan Solo dan di Jalan Ma­ge­lang yang saat ini menjadi tujuan penghilang keje­nuh­an maha­sis­wa ternyata masih belum bisa menga­lah­kan pesona mistis beri­ngin tua.
Menurut Ngadiyo, se­be­­tul­­nya ada tempat yang jauh lebih klasik dan lebih kental mistiknya diban­ding­­kan dengan beringin Mas Angin, yaitu Sumur Gemu­ling yang berada di Taman Sari. Konon, su­mur tersebut merupa­kan tempat pertemuan penting antara Sri Sultan dengan Nyi Roro Kidul, penguasa pantai selatan. Hal itu tampak dari tiap inci bangunan klasik tersebut. ”Meskipun rusak, sumur ini tidak boleh dibangun yang baru karena akan menghi­lang­kan unsur-unsur mistis­nya, kata penjual ronde itu. (AD)

Antara Senyuman dan Masker (SPBU Pertamina Pasti Pas)

YOGYAKARTA, LENSA- Pertamina berusaha meningkatkan ku­ali­tas nya de­ngan pro­gram Perta­mina Pasti Pas! Dari pro­gram terse­but, Perta­mina mengharapkan ter­jadinya peningkatan dari segi kualitas dan pe­la­yanan. Namun, belakang­an ini, muncul kon­­tro­versi terha­dap pro­gram yang di­ra­sa belum pas dalam men­­jamin kesehat­an kerja.

Hal ini terbukti dengan larangan peng­guna­an mas­­­­ker ba­gi pe­­gawai SPBU. Adanya larangan ini dibenarkan salah satu manajer SPBU di Yog­yakarta. “Sejauh ini Per­tamina memang tidak menyaran­kan pemakaian masker oleh pegawai SPBU”. Ia me­ngata­kan, per­soalan pemakaian mas­­­ker su­dah lama men­jadi per­soalan yang dile­ma­­tis. Di satu sisi, pihak SPBU ingin menun­jukkan sen­yum­an dan sa­pa­an kepada kon­sumen sebagai bukti ke­ramahan pelayan­an me­re­ka. Di sisi lain, pihaknya ju­­ga ingin men­jaga ke­sehatan pega­wai.

Pada akhirnya, Perta­mi­na membuat kebijakan ­tetap mementing­kan sa­paan dan senyuman setiap kali bertran­saksi, seba­gaimana yang tergambar pada iklan ”Perta­mi­na Pasti Pas!”.

Masalah ke­se­ha­t­an pe­gawai yang terancam oleh emisi ken­daraan bermotor dan gas pada bensin dan solar, masing-masing SPBU ber­ke­wa­ji­ban men­ye­dia­­kan fa­silitas kesehat­an seperti cek kesehat­an,, mul­­tivitamin tam­bah­an, dan makanan ber­nu­trisi.

Pemilik SPBU yang ber­­lokasi di perbatasan kota ini menegaskan, ke­bi­jak­an Perta­mina mem­bawa konsekuensi tersen­di­ri karena uang keseha­tan ditanggung oleh SPBU masing­-masing. Dengan kata lain, anggaran ini ter­sedia dengan memo­tong gaji karyawan.

Dr. Nurul Hidayat , analis kimia lingkungan mengungkapkan di Fa­kul­tas Kimia Universi­tas Gadjah Mada. Ia me­ngingatkan ba­ha­ya emisi kendaraan bermotor jika terserap oleh tubuh. Ia setuju jika pegawai SPBU mengguna­kan mas­ker ka­re­na efek da­ri kenda­raan bermotor tidak bisa di­sem­buhkan hanya de­ngan multivita­min dan makan­an bernu­trisi. (IK)

FPPI Kecam Pembangunan Semen Gresik di Pati


YOGYAKARTA, LENSA - Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Kamis (05/02) pukul 12.00 melakukan unjuk rasa di bundaran Universitas Gadjah Mada sebagai bentuk solidaritas mereka terhadap warga yang bentrok dengan aparat keamanan di Pati beberapa waktu yang lalu, insiden tersebut berujung penahanan sembilan orang warga Kedumulyo, Sukolilo, Pati Jawa Tengah.

Aksi unjuk rasa ini sempat me­micu kemacet­an la­lu lin­tas di sepanjang Jl. Cik Di Tiro, karena berlangsung tan­pa pe­ngawal­­an po­lisi. Ak­si FPPI in­i d­ipicu oleh in­siden ya­ng ter­jadi pa­da tang­gal 22 Ja­n­­uari 2009 a­kibat pe­nolakan war­ga ter­hadap kun­jungan tim Semen Gresik. War­­ga yang me­nolak karena ke­cewa oleh pe­ngambilan ke­putus­an se­pi­hak yang di­laku­kan oleh Lurah Kedumulyo yang me­minta ser­­tifikat ta­nah warga se­bagai bukti kesediaan warga un­tuk menjual tanah ke­­pa­da pi­hak PT. Semen Gresik.
Da­­­lam o­ra­­si­­nya, FPPI me­ni­­lai pe­m­­ba­ngun­an pa­­­b­rik Semen Gresik di kelu­rahan Su­kolilo i­­ni d­i­­kha­watir­kan me­m­pengaruhi ke­seimbang­an a­lam khu­sus­nya
pasokan air untuk wilayah Pati. Selain itu FPPI menganggap petani dapat kehilangan mata pen­caharian mereka ka­rena lahannya akan dike­ruk habis oleh PT Semen Gresik, di­jadikan bahan baku pem­buatan semen.
Dalam ak­si ter­sebut, koordinator lapangan FPPI Sigit Karyadi menun­tut pim­pinan PT.Semen Gresik dan aparat kea­man­an untuk membebas­kan kesembilan orang yang masih ditahan di dalam ruang tahanan Polda Jateng. FPPI meno­lak keras segala bentuk ke­kerasan yang dilakukan oleh a­parat dan menghim­bau rakyat untuk meng­galang so­lidarita­s
u­ntuk war­ga Kedumulyo.
Aksi unjuk rasa ini berakhir pukul 13.00, ketika para de­monstran mulai beranjak mening­galkan Bundaran Univer­sitas Gadjah Mada. (MTH)