Kamis, 19 Februari 2009

Polemik Jembatan Monjali-Kaliurang

YOGYAKARTA-LENSA, Sudah hampir dua bulan jembatan yang menghubungkan antara Jalan Kaliurang dan Jalan Monjali yang berada sebelah barat Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada beroperasi. Akses mudah sudah dapat dirasakan oleh pengguna jalan yang bertempat tinggal di daerah Monjali untuk berkantor, bersekolah, ataupun kuliah di seputar Jalan Kaliurang. Mereka tidak perlu lagi memutar jalan melewati ringroad utara ataupun masuk daerah Pogung.
Pada pukul tujuh pagi, kendaraan dari arah barat memadati Jalan Grafika, bahkan tingkat kepadatannya tak jauh berbeda dengan suasana Jalan Kaliurang. Begitu pula sebaliknya, pada pukul lima sore yang bertepatan dengan waktu pulang kantor, walaupun tidak sepadat pagi hari. lebar jalan yang tidak memadai membuat aktivitas pagi menjadi sangat kacau. Ditambah lagi dengan tidak adanya lampu lalu lintas dan petugas kepolisian yang mengatur arus lalu lintas. Dua fasilitas ini dianggap sangat penting, mengingat kondisi lalu lintas sangat rawan kecelakaan.
Di sisi lain, kepadatan lalu lintas ini menjadi sumber rezeki bagi sektor usaha di jalan tersebut, akan tetapi tidak bagi penjual yang berada di daerah Pogung, di pinggir selokan mataram. “Dahulu, sampai pukul sepuluh malam masih ramai orang yang membeli makan di angkringan saya, tapi sekarang menjadi berkurang karena orang lebih memilih jalur yang lebih cepat. Selain itu, untuk masuk ke daerah Pogung kini menjadi lebih rumit dengan ditutupnya jalur belok karena sudah aktifnya bunderan jalan yang berjarak kurang lebih 100 meter dari jalan lama. Sehingga orang lebih memilih lurus saja untuk menuju Jalan Monjali daripada repot berputar”, ujar Priyanto, seorang penjual angkringan di desa Pogung Rejo. (ADT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar