Minggu, 29 Maret 2009

TRAGEDI SITU GINTING MENGHANYUTKAN PULUHAN RUMAH SERTA NYAWA MANUSIA

Setelah tanggul jebol

Situ Gintung sebelum musibah

YOGYAKARTA-LENSA, Bencana alam kembali terjadi di Indonesia serta menelan korban jiwa. Tanggul Situ Gintung pada jumat (27/03) tepatnya pukul 04.15 wib jebol. Selain merenggut nyawa manusia, musibah juga merusak pemukiman, kendaraan warga, jalan, jembatan, serta fasilitas umum lain di sebagian besar daerah Kampung Poncol, Cirendeu, serta Ciputat. Hingga sabtu (28/03) dilaporkan 80 orang meninggal, 179 orang luka-luka, dan lebih dari 100 orang masih hilang.
Korban meninggal, luka-luka dan selamat dibawa ke RS. Fatmawati, Universitas Muhamadiyah Jakarta, dan STIE Ahmad Dahlan. Warga meninggal yang sudah teridentifikasi identitasnya telah dimakamkan hari ini oleh keluarganya. Karna jumlahnya yang amat banyak, warga menguburnya secara massal. Selain itu, terdapat juga warga yang berada di tenda-tenda pengungsian.
Tim SAR gabungan, TNI, POLRI, serta relawan masih melakukan pencarian di sepanjang sungai yang disinyalir membawa para korban musibah Situ Gintung serta di bawah puing-puing bangunan yang tertimbun oleh lumpur. Beberapa posko terus memantau perkembangan yang terjadi di lokasi musibah.
Korban yang selamat menjelaskan bahwa musibah terjadi bagai tsunami dengan skala kecil. Bencana terjadi begitu cepat serta menyeramkan. Air begitu deras dengan sekejap menerjang dan menghanyutkan puluhan rumah di sekitar danau termasuk perumahan elite bernama Cirendeu Permai. Rumah milik Kak Seto selaku Ketua Komnas Perlindungan Anak pun ikut terendam serta porak poranda. Mobil milik Kak Seto yang tadinya ada di garasi bahkan terseret kira-kira tiga meter.
Tragedi tersebut sungguh menyesakkan dada. Satu hari setelah musibah, sebagian besar warga yang selamat masih dalam kondisi psikologis yang mengkhawatirkan. Mereka mengalami syok karena kehilangan sanak saudara serta harta benda. Mereka ketakutan, terus-terusan menangis, berteriak histeris, bahkan terdapat warga yang belum bisa diajak berbicara.
Bantuan mulai berdatangan seperti dari dinas sosial, PMI, berbagai instansi, kalangan selebritis bahkan dari partai politik ikut membantu. Seperti yang terlihat sore (28/03), mobil dari Partai Keadilan Sosial terus melakukan mobilisasi bantuan. Tiga mobil ambulance juga terus stand by di lokasi sore itu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seusai melakukan kampanye partai Demokrat langsung bertolak ke Situ Ginting menyusul Wakil Presiden Jusuf Kalla. SBY mengungkapkan bahwa rumah-rumah warga yang hancur akan direhabilitasi oleh pemerintah.
Situ Gintung yang terdapat di Ciputat, Tangerang, Banten juga merupakan salah satu tempat eksotis sehingga menjadi kawasan wisata dengan danau alami serta sering digunakan latihan penyelamatan. Pada hari-hari libur, lokasi ini banyak dikunjungi masyarakat. Selain terdapat dana, kawasan wisata Situ Ginting juga menyediakan taman rekreasi dengan fasilitas kolam renang, gazebo, tempat memancing, jogging track serta area outbond.
Sebenarnya warga Situ Gintung sudah beberapa kali melaporkan kepada pemerintah bupati Banten untuk segera memperbaiki tanggul sejak 2 tahun yang lau. Namun hal tersebut tidak segera direspon mungkin dikarenakan menunggu anggaran. Pejabat tak cepat tanggap hingga akhirnya tragedi Situ Gintung pun harus menelan puluhan jiwa. Ada hikmah di balik tragedi, semoga musibah akibat kelalaian manusia tak kembali terjadi di tanah air. (ER)

Rabu, 25 Februari 2009

Mega Produk dan Mega Diskon di Mega Bazaar Computer 2009

YOGYAKARTA-LENSA, PT. Dyandra Promosindo menggelar pameran komputer bertajuk Mega Bazaar Computer 2009, Mega Produk Mega Diskon. Masyarakat Yogyakarta dapat berkunjung ke lokasi pameran di Jogja Expo Center mulai 25 Februari hingga 1 Maret 2009. Selain di Yogyakarta, pameran ini juga serentak diadakan di lima kota lainnya, antara lain Bandung, Surabaya, Semarang, dan Makasar. Penyelenggaraan pameran komputer ini merupakan agenda rutin tiap tahun dari PT. Dyandra Promosindo sejak tahun 1995.
Pengunjung dapat melihat berbagai barang teknologi yang ditawarkan dengan membayar tiket masuk seharga Rp. 3.000,00 per orang. Harga tersebut termasuk murah mengingat pengunjung bisa mendapatkan banyak informasi mengenai teknologi khususnya computer.
Terdapat 200 pengusaha teknologi yang rutin terlibat dalam pameran ini tiap tahunnya. Pengusaha-pengusaha tersebut terdiri dari : penjual komputer, aksesoris komputer, dan barang-barang teknologi lainnya. Pameran ini tentu sangat menguntungkan bagi masyarakat yang tertarik untuk membeli komputer saat ini. “Karna merupakan pasar murah sehingga harga dari produk-produk yang dipamerkan ke konsumen lebih murah, relatif terjangkau, dan konsumen berhak mendapatkan voucher ketika berbelanja”, ungkap Branch Manager PT. Dyandra Promosindo Deddy Mirwansyah.
Selain disuguhi pameran komputer, masyarakat dapat mengikuti workshop, seminar, dan kontes mendesain dan menghias laptop. Kontes diselenggarakan pada sabtu (28/02) di panggung utama Grand Bima, Jogja Expo Center. PT. Dyandra Promosindo bekerja sama KMTE Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada mempersembahkan hadiah utama modem senilai Rp. 1.200.000,00. Pendaftaran peserta dilanyani di lobi lantai 1, jurusan Teknik Elektro UGM hingga 27 Februari 2009.
Tujuan dari penyelenggaraan pameran ini adalah guna meningkatkan sisi ekonomi yakni meningkatkan nilai transaksi penjualan dari pengusaha-pengusaha komputer yang ada di Yogya. Selain itu, pasar komputer sudah menjadi kebutuhan primer bagi semua orang pada era sekang. Melalui pameran komputer, pengunjung bisa mendapatkan informasi secara efisien mengenai keberadaan dan perkembangan komputer dari banyak pengusaha komputer yang berpartisipasi. (ER)

Selasa, 24 Februari 2009

Di Tangan Sapardi, Bahasa Indonesia Mencapai Puncaknya

Aku ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


YOGYAYAKARTA-LENSA, Bait puisi di atas mungkin tidak asing lagi bagi sebagian diantara kita. Mungkin kita pernah mendengarnya dalam kemasan puisi cinta atau sebagai sebuah lagu. Puisi ini adalah karya sastrawan terbesar Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Pertama kali melihatnya, kesan sederhanalah yang melekat di hati saya. Cara berpakaiannya, cara bertuturnya, dan karya-karyanya. Semuanya nyata sederhana. Meski terdaulat sebagi guru besar Sastra di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Sapardi tetaplah sederhana. Ketika ditanya perihal puisinya yang sangat mendunia, ia hanya mengatakan “Puisi saya itu terkenal karena dilagukan. Kalau tidak dilagukan, mungkin tak banyak orang mengenalnya.”

Bertempat di Momento CafĂ©, Yogyakarta (21/2), sosok rendah hati ini menceritakan jika ia telah mencintai puisi sejak duduk di bangku SMU. Tidak tanggung-tanggung, puisi pertamanya dimuat oleh H.B Jassin, seorang kritikus satra terbesar kala itu. Dengan kata lain, puisi yang ditulis kala belia itu tak diragukan kualitasnya. Sapardi tak pernah menganngap dirinya sebagi penulis remaja. Karena itulah, ia tidak pernah mengirimkan karyanya ke majalah-majalah remaja. “Jika kita mengategorikan diri kita sebagai penulis remaja, maka selamanya kita akan tetap menulis dengan gaya remaja”

Tak jarang ia meniru gaya menulis dan bertutur dari penulis lain, salah satunya ialah gaya T.S. Elliot. Menurutnya, seniman haruslah bereksperimen. “Siapapun penulis yang mengikuti dirinya sendiri, maka ia akan mati”. Dengan gaya bercanda yang sederhana, beliau menuturkan bahwa kita harus menjadi pencuri juka ingin berkarya, asalkan pencuri yang baik. Mencuri tidak selalu identik dengan hal yang negatif. Orang Jawa juga pernah mencuri karya seni India, yakni seni perwayangan, seperti cerita Rama dan Sinta. Tentunya, proses mencuri ini diubah sedemikian rupa sesuai dengan ciri khas Jawa. Jepang dan Korea yang terkenal dengan teknologi mutakhirnya pun tak jarang mencuri ide teknologi dari negara lain, lalu ia kembangkan dengan caranya sendiri.

Indonesia pun mengakui kebesaran karyanya. Pada tahun 2003, lifetime achievement dari Ahmad Bakrie Award menjadi miliknya. Penghargaan ini mengatakan bahwa “di tangan Sapardi, Bahasa Indonesia mencapai puncaknya”. Tidak berlebihan, karyanya nan sederhana namun powerful , kederhanannya dalam bertutur, dan andilnya dalam menjaga bahasa Indonesia di setiap karyanya, menjadikan Sapardi pantas untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Ketika ditanya perihal sajaknya yang paling baik ia menjawab “Sajak terbaik saya adalah sajak yang akan saya tulis”. Artinya, di usinya yang hampir menginjak 70 tahun, dia tidak pernah puas dengan hasil karyanya dan selalu ingin menulis. (IK)


Kamis, 19 Februari 2009

Keraton SOLO: Nilai Mistis Yang Tak Pernah Habis


SURAKARTA-LENSA, Solo atau yang dikenal dengan Surakarta merupakan salah satu kota budaya yang termasyhur di Indonesia. Membicarakan Solo pasti tidak akan pernah lepas dari keraton Solo, pusat pemerintahan terbesar di Jawa kala itu. Keraton yang terletak di pusat kota Solo ini berusia 264 tahun. Tuanya usia keraton ditunjukkan dengan adanya patung-patung dengan gaya arsitektur Belanda yang masih kokoh berdiri mengelilingi keraton hingga sekarang. Pada dasarnya, keraton di Jawa memiliki keterikatan yang kuat dengan dua hal: kekuasaan absolut dan unsur mistis. Jika anda mengunjungi keraton Solo, sudah bisa dipastikan, tidak ada sejengkal pun dari sisi keraton yang tak mengandung nilai mistis.
Begitu masuk keraton, kita dihadapkan pada sebuah tempat tinggal raja dengan halaman pasir yang penuh dengan pohon sawo kecik yang berusia tak kurang dari 200 tahun. Pasir yang terhampar di sepanjang halaman keraton diyakini akan menyembuhkan segala macam jenis penyakit jika kita berjalan di atasnya. Pasir ini pun berusia sama dengan pohon sawo yang menghadirkan suasana sejuk di keraton. Buah sawo kecik dianggap sebagai buah yang keramat. Sesuai dengan namanya, kecik yang berasal dari kata becik yang berarti kebaikan, akan menularkan segala sifat baik jika kita memakannya. Sawo ini tidak boleh dipetik, hanya boleh dimakan ketika buahnya jatuh ke tanah. Pernyataan ini diperoleh Lensa (12/2) dari Setiadi, guide keraton yang juga seorang abdi dalem.
Di depan keraton, terdapat menara berwarna putih yang menjulang tinggi. Menara ini menyandang tiga fungsi, diantaranya ialah: sebagai tempat meditasi. Selain itu, menara ini juga digunakan sebagai tempat untuk berinteraksi dengan kanjeng ratu Roro Kidul, sang penguasa Laut Selatan yang hingga kini masih diyakini keberadaannya. Fungsi yang terakhir ialah untuk melihat rukyah, yaitu kegiatan melihat bulan untuk menentukan datang dan berakhirnya bulan puasa bagi umat Islam.
Sisi lain yang tidak kalah mistis ialah museum keraton yang menyimpan banyak benda purbakala. Seperti museum pada umumnya, benda-benda yang ada di dalamnya adalah seputar benda purbakala yang dulu dipakai oleh keluarga keraton, seperti: kereta kuda, keris, gong, lukisan, peti jenazah, dan lain sebagainya. Bedanya, museum ini sarat dengan nilai mistis, yang bisa mendatangkan kebaikan maupun keburukan dalam diri manusia.
Energi positif yang dimiliki dari benda sakral dalam museum misalnya ialah foto kanjeng Ratu Solo. Abdi dalem menyarankan kita untuk berfoto di depan lukisan ini karena diyakini akan memberikan kelancaran dan kemudahan dalam menjalani kehidupan kita. Selain lukisan tersebut,terdapat payung pusaka yang jika kita mengambil gambarnya dari atas hingga bawah, kita akan mendapatkan kebaikan.
Sedangakan untuk energi negatif, Setiadi melarang kita untuk mengambil gambarnya. Diantara benda-benda keramat berenergi negatif itu adalah: gong penabuh perang yang tidak boleh disentuh dan diambil gambar sedikitpun. Karena seringnya peperangan yang terjadi pada waktu itu, gong ini memiliki permukaan yang rata. Sehingga, sisi tengah gong ini tidak menonjol sebagaimana mestinya. Sampai sekarang, gong ini sering mengeluarkan air dalam bentuk bulir-bulir lurus, layaknya manusia yang menangis. Selain itu, ada juga patung kepala manusia yang tidak boleh diambil fotonya dan didekati oleh wanita yang sedang datang bulan. Konon, patung ini selalu diletakkan di ujung kapal layar raja jika bepergian.
Di belakang area keraton seluas 42 hektar ini juga tidak lepas dari nilai mistis. Begitu tiba di belakang keraton, kita menjumpai padang rumput yang luas. Di dalamnya terdapat beberapa kerbau bule, jenis kerbau berkulit putih yang hanya diarak ke luar keraton setiap tanggal 1 Muharram, dalam perayaan tahun baru Islam. Kerbau ini diarak keliling kota karena diyakini dapat memberikan kebaikan dan rezeki. Konon, kotorannya pun menjadi rebutan warga.
Berkeliling keraton membuat kita memahami dua hal yang bertentangan, namun tak bisa dilepaskan: mistis dan realistis. Setiap jengkal keraton yang memiliki nilai mistis ini sulit dipercaya namun juga tidak bisa diabaikan begitu saja. (IK)

Polemik Jembatan Monjali-Kaliurang

YOGYAKARTA-LENSA, Sudah hampir dua bulan jembatan yang menghubungkan antara Jalan Kaliurang dan Jalan Monjali yang berada sebelah barat Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada beroperasi. Akses mudah sudah dapat dirasakan oleh pengguna jalan yang bertempat tinggal di daerah Monjali untuk berkantor, bersekolah, ataupun kuliah di seputar Jalan Kaliurang. Mereka tidak perlu lagi memutar jalan melewati ringroad utara ataupun masuk daerah Pogung.
Pada pukul tujuh pagi, kendaraan dari arah barat memadati Jalan Grafika, bahkan tingkat kepadatannya tak jauh berbeda dengan suasana Jalan Kaliurang. Begitu pula sebaliknya, pada pukul lima sore yang bertepatan dengan waktu pulang kantor, walaupun tidak sepadat pagi hari. lebar jalan yang tidak memadai membuat aktivitas pagi menjadi sangat kacau. Ditambah lagi dengan tidak adanya lampu lalu lintas dan petugas kepolisian yang mengatur arus lalu lintas. Dua fasilitas ini dianggap sangat penting, mengingat kondisi lalu lintas sangat rawan kecelakaan.
Di sisi lain, kepadatan lalu lintas ini menjadi sumber rezeki bagi sektor usaha di jalan tersebut, akan tetapi tidak bagi penjual yang berada di daerah Pogung, di pinggir selokan mataram. “Dahulu, sampai pukul sepuluh malam masih ramai orang yang membeli makan di angkringan saya, tapi sekarang menjadi berkurang karena orang lebih memilih jalur yang lebih cepat. Selain itu, untuk masuk ke daerah Pogung kini menjadi lebih rumit dengan ditutupnya jalur belok karena sudah aktifnya bunderan jalan yang berjarak kurang lebih 100 meter dari jalan lama. Sehingga orang lebih memilih lurus saja untuk menuju Jalan Monjali daripada repot berputar”, ujar Priyanto, seorang penjual angkringan di desa Pogung Rejo. (ADT)

Selasa, 17 Februari 2009

Gebrakan Baru dalam Dunia Menulis ala Fahd Djibran


YOGYAKARTA - LENSA, Menulis merupakan sesuatu yang bisa dikerjakan semua orang. Tentu anda yang kini sedang membaca tulisan ini bisa menulis, benarkah begitu? Namun, sangat sedikit dari mereka yang berani membagikan tulisan-tulisan mereka ke khalayak ramai.
Fahd Djibran adalah seorang penulis muda asal Paris Van Java yang berani menghadirkan tulisan-tulisannya di ruang publik. Sejak kecil, Fahd suka menulis pada tembok sekolah dan rumah. Tentu saja, dia sering dimarahi karena dianggap mengotori. Alasannya menulis di tembok bukan di buku ataupun kertas karena menurutnya tulisan di tembok akan lebih sering dibaca oleh orang lain karena terlihat daripada di buku.
Satu hal yang sangat memotivasinya sehingga karya-karyanya yang kini sudah berjumlah 12 telah hadir di ruang publik adalah kakeknya yang tidak sempat meninggalkan tulisan sehingga dirinya lebih mengenal Pramodyea Ananta Toer dan penulis-penulis lain dari buku-buku yang ia baca ketimbang kakeknya sendiri. Walaupun penulis-penulis tersebut sudah meninggal, namun karya mereka masih eksis dalam kenangan semua orang.
Rasa takut benar-benar dialami Fahd ketika memulai menulis karya pertamanya berjudul Kucing saat masih duduk di bangku SMA kelas 2. Awalnya, buku pertamanya tersebut hanya difotokopi dan dibagikan ke sejumlah teman. “Namun, akhirnya buku itu diterbitkan sebanyak 500 ekslemplar secara indie di Bandung oleh Irfan Armalee dan teman-teman di MagnumOpusProject”, tutur Fahd. Kucing adalah sebuah karyanya yang tentu saja liar karena tidak terikat oleh aturan penerbitan karena hanya diterbitkan di Bandung, jadi menulis sesuka Fahd saja.
Debut pertamanya dalam menulis ternyata menarik banyak penerbit untuk menulis sehingga muncul beberapa buku milik Fahd, diantaranya Revolusi Sekolah (DAR!Mizan), Being Superstar (DAR!Mizan, 2005), Writing is Amazing (Juxtapose, 2007), dan Insomnia, Amnesia (Univ. Indonesia Press). Selain itu, sulung dari empat bersaudara ini juga menulis di sejumlah surat kabar dan majalah lokal maupun nasional. Bahkan, Fahd terpilih menjadi salah satu dari 20 Best Young Writer dalam UNICEF Young Writer Award pada tahun 2004 serta masih terdapat penghargaan lain yang berhasil didapatnya.
Buku terbarunya berjudul A Cat In My Eyes yang diterbitkan oleh GagasMedia dan kini masih hangat di pasaran berisikan kumpulan sketsa, prosa, dan cerita. Sebuah karya fiksi yang memiliki kemasan serta gaya bercerita yang berbeda dari buku-buku fiksi di pasaran. Fahd yang kini juga merupakan pemimpin redaksi di penerbit Juxtapose Korporasidea dan penerbit Eduka menyebutnya model penulisan sketsa. Baginya tulisan tidak harus berbentuk utuh, seperti lukisan. Tulisan juga bisa berbentuk sketsa. Ketika membaca tulisan-tulisannya di A Cat In My Eyes, pembaca kemudian bisa berimajinasi sendiri. Secara tidak langsung, hal ini melahirkan medan tafsir yang lebih liar dan luas karena tiap orang memiliki bayangan yang berbeda satu sama lain.
Buku berikutnya dari Fahd Djibran sedang dalam proses penggarapan dan secepatnya akan diterbitkan. Penerbiit GagasMedia juga mengingnkan ada kelanjutan dari A Cat.... ini. "Dan, tentunya lebih keren", ungkap penulis yang lebih banyak menyimpan novel-novel anak. Terakhir, Fahd Djibran mengajak para penulis muda dan creator untuk lebih berani membuat gebrakan baru dalam dunia menulis, tidak terbatas cuma disitu-situ aja. Walaupun masyarakat kita cenderung paranoid dulu apabila muncul gebrakan baru. (ER)

Aksi Donor Darah di Valentine Day Setetes Darah Saja Sangatlah Bermanfaat Bagi Kehidupan


YOGYAKARTA - LENSA, Kaum ABG (Anak Baru Gede) di Indonesia masih banyak yang mengenal tanggal 14 Februari sebagai perayaan valentine day. Mereka biasa merayakan hari yang dikenal dengan hari kasih sayang dengan saling bertukar coklat, kartu ucapan, bunga, dan lain-lain untuk mengungkapkan rasa sayang. Perayaan valentine day masih mudah dijumpai di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta hingga kini.
Bertepatan dengan valentine day, LENSA menemukan sebuah peristiwa lain yang tak hanya tradisi tukar menukar coklat. Sebenarnya acara tersebut diselenggarakan bukan untuk memperingati valentine day, hanya bertepatan saja karena dilaksanakan 14 Februari 2009. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta (SMK N 2) menyelenggarakan Aksi Donor Darah dan Seminar Kesehatan Reproduksi. Kegiatan ini sudah menjadi agenda rutin tiap tahun dari Seksi Bidang Kepribadian Berbudi Pekerti Luhur (KBPL) di SMK N 2 Depok.
Dewangga Adila Nugraha sebagai ketua umum kegiatan menyatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah membantu kerja Palang Merah Indonesia (PMI) dalam menyediakan darah. Mengingat PMI sebagai penyedia darah pun sering kekurangan, bahkan kehabisan persediaan. “Setetes darah saja sangatlah bermanfaat bagi kehidupan”, kata Rangga. Selain itu, acara lainnya yakni Seminar Kesehatan Reproduksi dimaksudkan untuk menambah pengetahuan mengenai kiat untuk menjaga kesehatan reproduksi serta menanamkan pola pikir yang sehat kepada setiap remaja untuk dapat menjaga diri dari bahaya pergaulan bebas.
Peserta dari kegiatan donor darah adalah umum dan sukarela, namun terdapat persyaratan yang wajib untuk diikuti, antara lain : usia di atas 17 tahun, berat badan untuk laki-laki minimal 50 kilogram dan perempuan minimal 48 kilogram, tinggi badan minimal 150, tidak sedang datang bulan bagi perempuan, dan sudah makan sebelumnya. Unit Transfusi Darah cabang Sleman juga melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap sukarelawan untuk memastikan kesehatannya sebelum dilakukannya transfusi. Sedangkan seminar bersifat wajib diikuti oleh siswa-siswi kelas 1 SMK N 2 Depok. Salah satu pembawa materi yakni dari polres Depok Sleman juga mengingatkan siswa-siswi untuk berhati-hati terhadap maraknya pergaulan bebas akhir-akhir ini.
Kegiatan ini cukup mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar. Azian, salah satu pendonor yang merupakan alumni dari SMK N 2 Depok mengungkapkan rasa ketakutannya sebelum transfusi darah dilakukan. “Ini merupakan yang pertama, tapi saya memberanikan diri karena efeknya baik untuk kesehatan serta sebagai wujud kepedulian terhadap sesama”, tutur Azian. Bahkan Azian menjadi ketagihan untuk ikut menyumbangkan darah lagi di lain kesempatan. (ER)