Selasa, 17 Februari 2009

Gebrakan Baru dalam Dunia Menulis ala Fahd Djibran


YOGYAKARTA - LENSA, Menulis merupakan sesuatu yang bisa dikerjakan semua orang. Tentu anda yang kini sedang membaca tulisan ini bisa menulis, benarkah begitu? Namun, sangat sedikit dari mereka yang berani membagikan tulisan-tulisan mereka ke khalayak ramai.
Fahd Djibran adalah seorang penulis muda asal Paris Van Java yang berani menghadirkan tulisan-tulisannya di ruang publik. Sejak kecil, Fahd suka menulis pada tembok sekolah dan rumah. Tentu saja, dia sering dimarahi karena dianggap mengotori. Alasannya menulis di tembok bukan di buku ataupun kertas karena menurutnya tulisan di tembok akan lebih sering dibaca oleh orang lain karena terlihat daripada di buku.
Satu hal yang sangat memotivasinya sehingga karya-karyanya yang kini sudah berjumlah 12 telah hadir di ruang publik adalah kakeknya yang tidak sempat meninggalkan tulisan sehingga dirinya lebih mengenal Pramodyea Ananta Toer dan penulis-penulis lain dari buku-buku yang ia baca ketimbang kakeknya sendiri. Walaupun penulis-penulis tersebut sudah meninggal, namun karya mereka masih eksis dalam kenangan semua orang.
Rasa takut benar-benar dialami Fahd ketika memulai menulis karya pertamanya berjudul Kucing saat masih duduk di bangku SMA kelas 2. Awalnya, buku pertamanya tersebut hanya difotokopi dan dibagikan ke sejumlah teman. “Namun, akhirnya buku itu diterbitkan sebanyak 500 ekslemplar secara indie di Bandung oleh Irfan Armalee dan teman-teman di MagnumOpusProject”, tutur Fahd. Kucing adalah sebuah karyanya yang tentu saja liar karena tidak terikat oleh aturan penerbitan karena hanya diterbitkan di Bandung, jadi menulis sesuka Fahd saja.
Debut pertamanya dalam menulis ternyata menarik banyak penerbit untuk menulis sehingga muncul beberapa buku milik Fahd, diantaranya Revolusi Sekolah (DAR!Mizan), Being Superstar (DAR!Mizan, 2005), Writing is Amazing (Juxtapose, 2007), dan Insomnia, Amnesia (Univ. Indonesia Press). Selain itu, sulung dari empat bersaudara ini juga menulis di sejumlah surat kabar dan majalah lokal maupun nasional. Bahkan, Fahd terpilih menjadi salah satu dari 20 Best Young Writer dalam UNICEF Young Writer Award pada tahun 2004 serta masih terdapat penghargaan lain yang berhasil didapatnya.
Buku terbarunya berjudul A Cat In My Eyes yang diterbitkan oleh GagasMedia dan kini masih hangat di pasaran berisikan kumpulan sketsa, prosa, dan cerita. Sebuah karya fiksi yang memiliki kemasan serta gaya bercerita yang berbeda dari buku-buku fiksi di pasaran. Fahd yang kini juga merupakan pemimpin redaksi di penerbit Juxtapose Korporasidea dan penerbit Eduka menyebutnya model penulisan sketsa. Baginya tulisan tidak harus berbentuk utuh, seperti lukisan. Tulisan juga bisa berbentuk sketsa. Ketika membaca tulisan-tulisannya di A Cat In My Eyes, pembaca kemudian bisa berimajinasi sendiri. Secara tidak langsung, hal ini melahirkan medan tafsir yang lebih liar dan luas karena tiap orang memiliki bayangan yang berbeda satu sama lain.
Buku berikutnya dari Fahd Djibran sedang dalam proses penggarapan dan secepatnya akan diterbitkan. Penerbiit GagasMedia juga mengingnkan ada kelanjutan dari A Cat.... ini. "Dan, tentunya lebih keren", ungkap penulis yang lebih banyak menyimpan novel-novel anak. Terakhir, Fahd Djibran mengajak para penulis muda dan creator untuk lebih berani membuat gebrakan baru dalam dunia menulis, tidak terbatas cuma disitu-situ aja. Walaupun masyarakat kita cenderung paranoid dulu apabila muncul gebrakan baru. (ER)

3 komentar:

  1. keren sek...
    heee...

    ayo semangat lagi!!...

    BalasHapus
  2. insomnia, kita adalah aktor sejarah,
    buatlah sejarah baru, lakukan itu,

    karena pena dapat mengalahkan semuanya...

    BalasHapus
  3. saya suka fadh djibran juga...
    salam kenal ^.^
    kunjungi juga blog saya

    www.anonimgue-anonim.blogspot.com

    BalasHapus